Rabu, 28 Mar 07 17:22 WIB
Presidium atau Ketua Harian Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Dr. Ir. Abdul Asri Harahap, SE, MM, menilai dukungan Indonesia atas Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1747 yang menjatuhkan sanksi tambahan pada Iran, sebagai bentuk ketidakmampuan para diplomat Indonesia di kancah hubungan internasional.
Ia menyatakan, Indonesia seharusnya bersikap tegas dalam masalah nuklir Iran, tanpa harus mendukung agenda Barat.
Berikut wawancara Eramuslim dengan Presidium dan Ketua KAHMI, di sela-sela dialog bersama duta besar Iran di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (27/3).
Bagaimana seharusnya sikap tegas Indonesia atas resolusi DK PBB itu?
Seharusnya Indonesia menentang, walaupun sendiri. Untuk menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar memiliki sikap yang konsisten, bahwa program nuklir Iran itu untuk tujuan damai. Karena pada gilirannya Indonesia sendiri akan membutuhkan nuklir untuk kepentingan bangsa ini, nanti kalau kemudian kita membuat nuklir untuk kepentingan kesejahteraan bangsa ini, diberikan sanksi oleh dunia internasional (PBB), itu kan menjadi bumerang bagi kita karena telah mendukung resolusi itu.
Di sinilah kelemahan dan mencla-menclenya diplomasi Indonesia, ketidakmampuan diplomat-diplomat kita di sana. Mereka tidak memperhatikan bagaimana sebenarnya aspirasi masyarakat Indonesia, hanya melihat kepentingan diplomasi pada kondisi dan saat itu saja, itu tidak bisa. Seharusnya Indonesia tidak abstain, tapi tetap tidak setuju dengan resolusi itu.
Sikap abstain pun tidak menunjukkan ketegasan Indonesia, apalagi saat ini Indonesia menjadi anggota DK PBB?
Itu tidak menunjukan sikap, sikap kita harusnya menentang meskipun hanya sendiri. Tegakanlah kebenaran itu walaupun hanya sendiri. Abstain itu saja tidak benar, harusnya kita tidak menyetujui nuklir Iran dibawa ke DK PBB. Buktikan sikap konsisten kita, kalau memang itu untuk tujuan damai, kita tidakmenentangnya.
Melihat kasus ini, bagaimana dengan posisi Indonesia sebagai salah satu anggota DK PBB, anda optimis Indonesia bisa membela kepentingan negara-negara Islam?
Untuk kasus ini Indonesia tidak ada manfaatnya, tapi mudah-mudahan untuk kasus-kasus lain Indonesia dapat menunjukan jati dirinya. Untuk kasus Iran, Indonesia betul-betul mengecewakan, tidak bisa memberikan manfaat apa-apa untuk bangsa ini, buktinya reaksi masyarakat sangat meluas.
Untuk isu nuklir Iran ini, apa kira-kira lobi-lobi AS pada Indonesia sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan?
Lobi pasti ada, tapi sejauhmana lobi itu mempunyai efektivitas dan manfaat apa, itu yang kita pertanyakan. Dalam hal ini kita hanya mengikuti skenario Amerika, Indonesia hanya berada di bawah ketiak Amerika.
Ada pendapat yang mengatakan dukungan ini mencerminkan kepentingan jangka pendek dari pemerintahan SBY, pendapat anda?
Ya, untuk mengikuti maunya Amerika yang memang sudah bernafsu besar untuk menghukum Iran, itu dari dulu. Belum kering air ludah kita mengatakan nuklir Iran untuk tujuan damai, tapi kita sudah sangsi. Sikap Indonesia ini sudah memalukan, itu bukan sikap seorang yang jantan. (novel)
1 comment:
salam alaik. salam tuk temen2 GP um. semoga semua tambah succes aja. salam juga dari temen2 hmi saintek uin malang.
Post a Comment