Form Pendaftaran Anggota Gema Pembebasan

Ini adalah form pendaftaran secara online. Isilah form ini, jika Anda ingin jadi anggota Gema Pembebasan di Universitas Negeri Malang (UM). Bergabunglah bersama kami, wahai mahasiswa UM. Bersama kita tingkatkan kualitas dan kuantitas insan muslim yang sebenarnya.
     
   




 
   
     

Yahoo! News: World News

Media Indonesia

Voice of New Generation

Syariah

Saturday, May 5, 2007

2007: MENYAMBUT KEHANCURAN KAPITALISME DAN TEGAKNYA KEMBALI KHILAFAH

Tahun 2006 baru saja berakhir. Sepanjang tahun 2006, umat Islam diliputi dengan berbagai persoalan. Satu kalimat yang masih tepat dialamatkan kepada kaum Muslim adalah: kita masih dijajah. Negeri-negeri Islam seperti Irak dan Afganistan masih diduduki secara militer oleh penjajah Kapitalisme. Korban di kalangan umat Islam pun terus berjatuhan dan bertambah. Di Irak, menurut laporan John Hopkins University, sudah lebih dari 650 ribu kaum Muslim terbunuh. Konflik di Irak pun semakin meluas. Upaya provokasi terus dilakukan oleh pihak-pihak yang memusuhi Islam. Harapannya, konflik internal Sunni-Syiah terus berkembang. Di Afganistan, rakyat sipil masih menjadi korban utama pasukan NATO dengan alasan memerangi pasukan Taliban.
Kebiadaban Israel semakin menambah luka mendalam di tubuh kaum Muslim. Secara sistematis, negara Zionis Yahudi ini membunuhi kaum Muslim dengan dukungan penuh Amerika Serikat.
Kondisi ini diperparah oleh pengkhianatan para penguasa di negeri Islam. Alih-alih melawan penjajahan di negerinya, mereka malah memberikan “karpet merah’ kepada penjajah untuk memuluskan dan mengokohkan penjajahan di negeri mereka. Musharaf, sang boneka AS di Pakistan, menjadi ujung tombak negara penjajah memerangi kaum Muslim. Atas nama perang melawan terorisme, penguasa boneka ini, terus memburu kaum Muslim. Pertengahan Januari 2006, misalnya, pasukan AS melancarkan serangan ke Desa Damadola, Pakistan, dekat perbatasan dengan Afganistan. Serangan menyebabkan 18 korban tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, atas dasar informasi yang diberikan oleh CIA. Angkatan bersenjata Pakistan juga menyerang sebuah madrasah di Pakistan; 70-80 santri yang belajar di tempat itu terbunuh. Pembunuhan seperti ini terus berulang dan berulang.
Pengkhianatan lainnya, para penguasa negeri-negeri Islam ini hanya diam berpangku tangan ketika umat Islam di Palestina, Irak, Afganistan, Lebanon dibunuh. Ketika Israel menyerang Lebanon yang menimbulkan kerusakan bangunan yang hebat dan pembunuhan ribuan warga sipil, penguasa Arab hanya berdiam diri. Bahkan pemerintah Lebanon sendiri tidak melakukan apa-apa. Husni Mubarak, dengan tegas malah menolak mengirim pasukan dengan alasan, tentara Mesir adalah untuk Mesir. Alih-alih membantu perjuangan kaum Muslim di Irak, pemerintah Arab Saudi dalam waktu dekat, berencana membangun tembok pembatas yang cukup besar guna menghalangi masuknya para pejuang Islam ke Irak lewat Saudi, sebagaimana yang dituduhkan AS. Tembok itu rencananya akan dibangun sepanjang 900 km di sepanjang perbatasan Saudi-Irak. Sementara itu, pemerintah negeri ini malah menyambut Bush sang Pembunuh bagaikan tamu terhormat.
Umat Islam pun menjadi korban terbesar dalam Perang Melawan Terorisme yang dipimpin oleh AS. Penjara-penjara seperti Guantanamo (Kuba), Abu Ghuraib (Irak), dan penjara rahasia yang menyebar di berbagai negara menjadi saksi bisu kekejaman yang dilakukan AS terhadap umat Islam yang dituduh teroris. Semua kekejaman itu dilegalisasi dengan disahkannya pada Oktober 2006 UU yang mengizinkan Badan Intelijen Amerika (CIA) mengoperasikan penjara rahasia di luar negeri. CIA juga diperbolehkan menggunakan taktik interogasi kejam dan penahanan tersangka teroris tanpa batas waktu.
Tidak hanya itu, propaganda anti Islam, stigmatisasi negatif atas syariah Islam, dan penghinaan terhadap Rasulullah saw. terus berlanjut. Di Inggris, Shabrina Begum dikalahkan oleh pengadilan Inggris, ketika menyoal pengusiran dirinya dari sekolah hanya karena menggunakan jilbab. Pembuatan kartun yang menghina Rasulullah saw. terjadi di Denmark atas nama kebebasan berekspresi. Alih-alih minta maaf, penghinaan itu kemudian kembali berulang ketika di Denmark pada Oktober 2006 melalui perlombaan karikatur menghina Rasulullah saw. Penghinaan terhadap Rasul pun dilakukan oleh pemimpin puncak agama Katolik, Paus Benedictus XVI, ketika menyebut Rasulullah saw. hanya membawa sifat-sifat keiblisan (evil) dan bertentangan dengan kemanusiaan (inhumanity).
Berbagai persoalan yang menimpa kaum Muslim, semakin menegaskan peperangan yang nyata dari negara-negara kapitalis yang dipimpin oleh AS dan sekutunya dengan umat Islam.
Namun demikian, semua ini semakin mempercepat terbentuknya kesadaran politik di tengah-tengah umat Islam, bahwa musuh mereka adalah AS dengan ideologi Kapitalismenya. Kesungguhan untuk memperjuangkan Khilafah pun semakin menguat di seluruh dunia. Semua ini dibangun atas dasar kesadaran wahyu tentang kewajiban menegakkan Khilafah dan syariah Islam yang kemudian diperkokoh oleh kebutuhan umat Islam untuk memiliki kekuatan politik real yang nyata. Apalagi Allah Swt. telah menjamin kemenangan bagi kaum Muslim dan Rasul saw. pun telah menjanjikan akan kembalinya Khilafah 'ala Minhaj an-Nubuwwah.
Optimisme kemenangan umat Islam pun semakin membesar. Pertama: Di tengah-tengah kaum Muslim kesadaran untuk kembali ke Islam semakin menguat. Di sisi lain, krisis kepercayaan kepada penguasa dan sistsem sekular semakin memuncak. Pusat Studi Strategi Universitas Yordania, dalam publikasinya berdasarkan survey yang berjudul, "Revisiting the Arab Street", menyimpulkan bahwa ada keinginan yang kuat dari masyarakat Timur Tengah untuk hidup diatur oleh syariah Islam di bawah naungan Khilafah. Survey juga mendapati bahwa di Yordania, Palestina, dan Mesir, 2/3 responden mengatakan syariah Islam harus manjadi satu-satunya sumber hukum bagi negara.
Kedua: AS dengan sistem Kapitalismenya sedang di ambang kehancuran. Kegagalan kebijakan politik luar negeri AS di Irak juga menjadi indikator penting. Secara gamblang, Henry Kissinger menyebut AS tidak akan menang di Irak. Suara senada dilontarkan sekjen PBB Kofi Annan.
Kegagalan pasukan AS justru membangun optimisme di kalangan umat Islam. Mereka mulai menyadari bahwa AS tidak bisa dikalahkan hanyalah mitos. Terbukti, menghadapi kelompok kecil gerilyawan di Irak saja pasukan AS kewalahan. Di Afganistan, perlawanan terhadap AS dilakukan terus tanpa henti. Tidak bisa dilupakan, kegigihan Hizbullah untuk bertahan dari serangan Israel yang didukung dengan peralatan yang canggih dan bom-bom dahsyat. Jika kelompok perlawanan yang kecil ini saja telah membuat AS dan sekutunya kalang-kabut, bagaimana kalau pasukan kaum Muslim ini berada di bawah komando Khalifah yang menyatukan 1,5 miliar umat Islam di seluruh penjuru dunia? Wallâhu a‘lam.

Hidup Mulia takkan pernah tercapai, tanpa berjuang di jalan Allah,Rasa Bahagia kan terwujud, ketika diri hidup di bawah Quran dan Sunnah.....Sejahtera lahir dan batin kan terbukti, ketika Khilafah tlah berdiri.ALLAHU AKBAR......"Tiada Kemuliaan Tanpa Islam, Tiapa Islam Tanpa Syariat, Tiada Syariat Tanpa Daulah Khilafah"

1 comment:

Anonymous said...

Amerika adalah sebuah negara adidaya yang ekonominya 100 % berbasis sistem ribawiyah-spekulatif (Kapitalisme) dan merupakan penghela utama peradaban Barat-modern. Banyak sekali orang yang tersihir oleh kehebatan teknologi negeri itu, terpesona oleh kekayaannya yang luar biasa, sehingga sama sekali tidak mengira bahwa sebenarnya negara adidaya itu tengah memasuki hari-hari terakhirnya, insya Allah. Sebuah Buku berjudul : 'Menanti Kehancuran Amerika dan Eropa' yang ditulis oleh Abu Fatiah Al Adnani dan Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah mengungkapkan kenyataan sebenarnya yang tengah dihadapi negeri adidaya itu. Seluruh persyaratan untuk terjadinya sebuah kehancuran total telah terpenuhi oleh negeri ini; ekonomi, politik, militer, sosial, demografi, moralitas, termasuk nubuwat akhir zaman.
Dikutib dari : http://granadamediatama.wordpress.com

AddThis Feed Button